"Love Story" Part 22

Keesokan harinya, Niko sudah berada di depan rumah Nabilah tepat jam 06.15 pagi.

"Hai ka" sapa Nabilah yang keluar dari pagar rumahnya.

"Hai, mau berangkat sekarang?" tanya Niko.

"Yuk ka" jawab Nabilah.

Nabilah menaiki motor yamaha vixion hitam milik Niko.

"Udah siap?" tanya Niko.

"Udah ka" jawab Nabilah.

Mereka lalu pergi ke sekolah. Di jalan, Nabilah hanya memegang tas punggung Niko, beberapa menit di perjalanan, mereka sampai di sekolah, Niko pun berhenti di parkiran sekolah.

"Makasih ya ka" ucap Nabilah turun dari motor Niko.

Tidak lama, Alldy datang bersama Jeje menggunakan motor honda CB250F milik Alldy.

"Tumben ga bareng ka Ve?" tanya Jeje yang turun dari motor Alldy.

"Bentar lagi juga dateng" jawab Niko.

Beberapa detik berselang, Ve datang menaiki motor ninja hitam bersama seorang cowok.

"Oh, tau deh gue" ucap Jeje melihat Ve yang turun dari motor itu.

Cowok itu pun melepas helmnya.

"Ka Rizal" ucap Nabilah pelan.

"Hai semua" sapa Ve.

"Hai ka" balas Jeje dan Alldy.

"Emm, ka Niko, aku ke kelas dulu ya" ucap Nabilah.

Nabilah kemudian pergi meninggalkan mereka.

"Ke kelas yuk" ajak Jeje.

"Yuk" ucap Niko dan Alldy.

Mereka semua pergi ke kelas. Di kelas, Rizal duduk melamun sambil melihat iphone hitamnya tergeletak di atas meja, dia memikirkan kejadian semalam. Saat istirahat, Niko bersama Nabilah dan Shania pergi ke kantin, Alldy dan Jeje pun demikian, sedangkan Rizal hanya duduk di pinggir lapangan sambil melanjutkan lamunannya, sampai-sampai dia dikejutkan dengan bola basket yang mendarat di perutnya.

"Akh" ucap Rizal pelan sambil melihat Ghaida dan Kinal.

"Ayo main zal" ajak Kinal.

"Tau nih, malah bengong" sambung Ghaida.

Rizal dengan malas mulai mendrible dan berjalan mendekati Kinal dan Ghaida.

"Bisa ga lu main basket?" tanya Kinal.

Rizal tersenyum sinis.

"Walau gue pemain futsal, bukan berarti gue ga bisa main basket" jawabnya.

Rizal mulai mendorong bola ke arah Kinal dengan cepat, mereka bertiga mulai bermain basket.

"Bentar-bentar" ucap Rizal menghentikan permainan.

"Kenapa?" tanya Kinal.

"Capek lu? baru juga lima menit" sambung Ghaida.

Rizal mengeluarkan HPnya dan mengirim pesan singkat line ke Niko. Setelah selesai, dia kembali melanjutkan permainan. Ghaida mencoba melempar bola basket ke ring dari tengah lapangan, saat dia melempar.

"Yes masuk" ucap Naomi sambil mengangkat kedua tangannya.

Lidya dan Tata hanya menggeleng melihat kehebatan Naomi.

"Ka Naomi emang hebat" ucap Tata yang terengah-engah.

"Istirahat dulu ka" ucap Lidya.

Saat mereka bertiga sedang istirahat, Sinka menghampiri Naomi.

"Nih ka" ucap Sinka memberikan pocari sweat.

"Oke, makasih ya" ucap Rizal meminum pocari sweat.

"Tumben lu ga istirahat di kantin?" tanya Niko.

"Ga ah, males gue, mending main basket bareng Kinal sama Ghaida" jawab Rizal.

"Oiya, gimana sama Nabilah?" tanya Rizal.

Niko hanya tersenyum yang membuat Rizal mengerti jawaban dari Niko.

Tanpa terasa, hari begitu cepat, jam belajar pun telah usai. Semua murid bergegas pulang.

"Untuk hari ini, gue bingung mau ngapain" kata Rizal dalam hati.

Saat di parkiran, Rizal melihat Alldy yang bersama Jeje, sedangkan Niko yang bersama Nabilah. Rizal menunggu dari kejauhan sampai mereka meninggalkan perkiran, setelah mereka benar-benar pergi, baru Rizal pulang dengan motornya. Pulang sekolah, Rizal memutuskan untuk pergi ke taman kota. Di jalan pulang, Naomi dan Sinka sedang berhenti di lampu merah, karena Naomi membawa mobil dan lampu tidak kunjung berwarna hijau, Sinka merasa bosan, saat dia menoleh ke arah kirinya, dia melihat orang yang tidak begitu asing baginya yang sedang menaiki motor.

"Itu kan Rizal" ucap Sinka pelan.

"Hah? siapa dek?" tanya Naomi.

"Itu Rizal" jawab Sinka.

Sinka mencoba membuka kaca mobil dan menyapanya, saat kaca baru terbuka sedikit, Rizal pergi karena lampu sudah berwarna hijau.

"Ka ikutin ka" ucap Sinka.

"Iya-iya" balas Naomi.

Naomi lalu mengikuti Rizal dari belakang, sampai-sampai di taman kota.

"Ini kan taman kota" ucap Naomi.

"Ngapain dia ke sini?" tanya Naomi.

"Aku juga ga tau ka" jawab Sinka yang keluar dari mobil.

"Eh, eh, tunggu" ucap Naomi melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil.

"Kemana dia?" tanya Naomi.

"Itu ka" jawab Sinka menunjuk Rizal yang memasuki taman kota.

Sinka dan Naomi mengikuti Rizal dari belakang. Saat berjalan, Rizal merasa kalau dia sedang diikuti, Rizal pun mempercepat langkahnya, dan saat ada belokan dia bersembunyi.

"Ke mana dia ka?" tanya Sinka.

"Hah? kakak juga ga tau, cepet baget tuh orang" jawab Naomi.

"Kalian berdua nyari gue" terdengar suara cowok dari belakang mereka.

Dengan cepat Sinka dan Naomi berputar 180 derajat.

"Eh, eng" ucap Naomi terbata-bata.

"Rizal" sapa Sinka lembut.

"Ikut gue" ucap Rizal yang kemudia berjalan.

Mereka bertiga membeli minuman bersoda dan dilanjutkan dengan duduk di kursi panjang yang terdapat di dekat kolam air mancur.

"Kenapa kalian ngikutin gue?" tanya Rizal.

"Aku cuma penasaran" jawab Sinka.

"Engga sengaja aku sama Sinka ngeliat kamu di jalan" tambah Naomi.

"Kamu lagi ada masalah ya?" tanya Sinka.

"Gue...." jawab Rizal terhenti.

Rizal menghela nafas panjang.

"Aku ga ada masalah" sambung Rizal.

"Kamu pasti bohong" ucap Sinka.

Rizal hanya melihat air mancur.

"Setiap kali kamu ada masalah, pasti kamu pergi ke sini" tambah Sinka.

"Sebaiknya kamu kenalin lagi cewek yang duduk di sebelah kamu" ucap Rizal.

"Oh iya, ini ka Naomi, kakak aku" balas Sinka.

"Hai, aku Naomi" ucap Naomi.

"Aku Rizal" balas Rizal.

Mereka berjabat tangan untuk beberapa detik, Rizal menatap mata Naomi dalam-dalam, itu membuat Naomi sedikit canggung.

"Kakak kamu cantik" ucap Rizal yang melepaskan tangannya dari Naomi.

"Pasti beruntung cowoknya punya pacar secantik kakak kamu" tambah Rizal.

"Eh, ka Naomi masih single kok" ucap Sinka.

Rizal langsung tersedak saat minum.

"Eh? kamu engga apa-apa?" tanya Naomi.

"Engga-engga" jawab Rizal mengelap bibirnya.

"Serius masing single?" tanya Rizal.

"Iya" jawab Sinka.

"Tapi kenapa?" tanya Rizal.

"Em, belum nemu cowok yang cocok aja sama aku" jawab Naomi.

"Oh gitu" ucap Rizal.

Mereka bertiga mengobrol dengan begitu akrab, beberapa kali Rizal bercerita dan itu membuat Naomi tertawa. Sinka senang bisa melihat kakaknya tertawa bahagia, karena semenjak Naomi yang putus dari pacarnya saat kenaikan kelas, itu membuat Naomi menjadi pendiam dan sering murung.

"Haha, oke-oke, udah sore nih, kayanya kita harus pulang deh" ucap Rizal.

"Hehe, iya udah sore" balas Naomi.

"Dek, pulang sekarang?" tanya Naomi.

Sinka diam, dia melamun melihat air mancur.

"Dek.." tambah Naomi sambil mencubit pipi Sinka.

"Eh, iya ka, ada apa?" tanya Sinka sambil mengusap pipinya.

"Pulang, udah sore" jawab Naomi.

"Oh iya, yuk pulang" ucap Sinka.

Mereka bertiga beranjak dari kursi taman dan berjalan ke perkiran, saat jalan, Rizal dan Naomi mengobrol di depan sedangkan Sinka berjalan sendiri di belakang mereka berdua.

"Seandainya ka Naomi sama Rizal, aku harus bisa terima" kata Sinka dalam hati.

Mereka sampai di tempat parkiran.

"Ternyata kamu orangnya sangan menyenangkan, walau pun orang bilang kamu itu sikapnya dingin sama judes mungkin karena mereka belum kenal kamu dan ngobrol banyak sama kamu, buktinya aku ngobrol banyak sama kamu, kamu begitu hangat ternyata" ucap Naomi.

"Oh hehe, makasih ka" balas Rizal sambil memegang belakang kepalanya.

"Semoga kita bisa ngobrol lagi" ucap Naomi.

Naomi lalu masuk ke dalam mobilnya.

"Sinka..." ucap Rizal menahan Sinka masuk ke dalam mobil.

"Iya, ada apa?" tanya Sinka.

Sinka berjalan perlahan mendekati Rizal yang sudah memakai helm dan menaiki motornya.

"Engga usah cemburu" ucap Rizal.

"Eh?" balas Sinka kaget.

"Jangan khawatir juga, aku orangnya ga gampang jatuh cinta, tapi yang pasti, aku cinta sama kamu" ucap Rizal sambil tersenyum manis ke Sinka.

Sinka merasa jantungnya berdebar dengan kencang, dan dia merasa seluruh tubuhnya disengat listrik, dia hanya diam bengong melihat Rizal.

"Kalo gitu aku pulang dulu" ucap Rizal yang lalu pergi meninggalkan Sinka.

"Tin.... Tin...." Naomi mencoba memberi klakson ke Sinka.

"Tuhan, apa yang barusan tadi aku dengar, apa tadi hanya mimpi atau nyata, apa benar dia mengucapkan itu, seluruh tubuhku kaku mendengar ucapannya" kata Sinka dalam hati.

Sinka dengan cepat mencubit pipinya.

"Aww, sakit" ucap Sinka pelan sambil mengusap pipinya.

"Ternyata, ini bukan mimpi" tambah Sinka.

*To Be Continued*

Previous
Next Post »
Thanks for your comment