"Love Story" Part 32

Keesokan harinya di sekolah. Para murid sedang beristirahat.

"Kantin yuk" ajak Andela.

"Yuk, aku laper" ucap Nadse.

"Eh tunggu" potong Elaine.

"Ada apa?" tanya Gracia.

"Liat Michelle deh" jawab Elaine.

Nadse, Andela, dan Gracia langsung melihat Michelle yang sedang senyum-senyum sendiri di mejanya, mereka pun menghampiri Michelle.

"Woi" teriak Andela.

Michelle sedikit kaget.

"Ish, ada apaan sih?" tanya Michelle.

"Ke kantin ga?" tanya Nadse.

"Iya-iya" jawab Michelle yang langsung berdiri.

Mereka berlima langsung bergegas pergi ke kantin.

"Lu kenapa sih senyum-senyum sendiri?" tanya Andela.

"Oh engga" jawab Michelle gugup.

"Kayanya dia lagi jatuh cinta" tebak Gracia.

"Ih ngaco lu" ucap Michelle.

"Ngaku aja kali" balas Gracia.

Michelle hanya diam dan melanjutkan lamunannya.

"Dih, ngelamun lagi nih anak" ucap Nadse.

"Kayanya bener-bener lagi jatuh cinta" ucap Gracia.

"Mungkin" balas Elaine.

Saat di pinggir lapangan.

"Ngapain lu bengong?" tanya David.

"Engga bengong, cuma lagi mikir aja" jawab Ethan.

"Mikir apaan sih?" tanya Ari.

"Tentang Naomi" jawab Ethan.

"Kenapa lagi sama dia?" tanya David.

"Kayanya dia udah punya pacar deh" jawab Ethan.

"Tau dari mana lu?" tanya Ari.

"Inget ga sih waktu di parkiran mall?" tanya Ethan.

Ari dan David berfikir untuk mengingatnya.

"Yang lu ngehajar orang" tambah Ethan.

"Oh itu, iya-iya gue inget" ucap Ari.

"Iya, hampir aja tuh anak mati gara-gara dihajar Ari" sambung David.

"Haha, trus kenapa than?" tanya Ari.

"Kayanya dia cowoknya Naomi" jawab Ethan.

"Ga mungkin Naomi pacaran sama cowok kaya gitu" ucap Ari.

"Nah gue setuju" sambung David.

Ethan hanya terdiam sambil merenung.

"Lu gimana sama Sinka?" tanya Ethan tiba-tiba.

"Gimana apanya?" tanya Ari heran.

"Tentang perasaan lu" jawab Ethan.

"Oh itu, gue cinta sama dia" ucap Ari.

"Mau kita bantuin buat dapetin dia ga?" tanya David.

"Ga usah repot-repot, gue sendiri aja udah cukup buat Sinka cinta sama gue" jawab Ari,

"Sok banget gaya lu" ucap David.

"Kayanya lu punya rencana" tebak Ethan.

"Iya, udah pasti itu mah" ucap Ari santai.

"Semoga berhasil lah" balas David.

Saat jam sekolah berakhir, semua murid bergegas pulang.

"Rel.." sapa Sinka lembut.

Farel langsung menghentikan langkahnya.

"Eh iya kenapa?" tanya Farel.

"Kita nonton yuk" ajak Sinka.

"Udah lama kita ga jalan berdua" tambah Sinka.

Farel terdiam beberapa detik.

"Em, gimana ya, aku ga bisa" ucap Farel.

"Kenapa?" tanya Sinka.

"Emm..." jawab Farel bingung.

"Ada acara keluarga" tambah Farel.

"Acara keluarga?" tanya Sinka.

"Iya, acara keluarga. Kalo gitu aku duluan ya" jawab Farel yang langsung pergi.

"Kok aneh ya" ucap Sinka pelan sambil melihat Farel pergi.

"Hayo" ucap Naomi yang menepuk pundak Sinka.

"Ngapain di lapangan sendiri?" tanya Naomi.

"Eh ka, engga, tadi aku ngajak Farel nonton" jawab Sinka.

"Terus?" tanya Naomi.

"Farelnya ga bisa, katanya ada acara keluarga" jawab Sinka.

"Tapi....." tambah Sinka gantung.

"Tapi apa?" tanya Naomi.

"Kok aku ga yakin ya" jawab Sinka.

"Kenapa ga yakin?" tanya Naomi heran.

"Iya, kayanya dia bohong gitu" jawab Sinka.

Naomi hanya tertawa kecil.

"Kenapa ketawa ka?" tanya Sinka heran.

"Lagian kamu lucu deh, ngapain sih curiga sama pacar sendiri" jawab Naomi.

"Ya ga gitu ka" ucap Sinka.

"Iya-iya, sekarang kita pulang" balas Naomi menarik tangan Sinka.

Mereka berdua pergi pulang.

Di salah satu mall di jakarta.

"Maaf ya telat" ucap seorang cowok.

"Eh rel, ga apa-apa kok" balas seorang cewek.

"Udah nunggu lama ya?" tanya Farel.

"Engga, baru dateng" jawab cewek itu.

"Em, iya deh, kita langsung ke bioskop yuk" ajak Farel.

Mereka berdua pergi ke bioskop dan langsung memesan dua tiket.

"Ochi" sapa Farel.

"Iya rel, kenapa?" tanya Ochi.

"Makasih ya udah mau nemenin aku nonton" jawab Farel.

"Iya, santai aja" jawab Ochi sambil tersenyum.

"Sinka kenapa emang?" tanya Ochi.

"Eh, Sinka?" tanya Farel.

"Iya, pasti kalian ada masalah, kalo ga pasti kamu nonton sama dia" jawab Ochi.

"Oh itu, akhir-akhir ini dia berubah, dia jadi sering sibuk, terus sikap kekanak-kanakannya masih ada. Beda sama kamu, semenjak kita lulus dari SMP, kamu berubah banget, jadi makin dewasa" ucap Farel.

Ochi hanya tersenyum.

"Tapi kamu masih cinta kan sama Sinka?" tanya Ochi.

"Masih sih, tapi aku lagi males aja sama dia" jawab Farel.

"Oh gitu, aku pasti selalu ada kok buat kamu" ucap Ochi sambil tersenyum.

"Makasih ya" balas Farel.

Beberapa menit mengobrol, pintu bioskop dibuka, mereka berdua masuk dan mulai menonton. Hari beranjak sore, saat film telah selesai, Farel mengantar Ochi pulang sampai rumahnya.

"Makasih ya untuk hari ini" ucap Farel.

"Iya sama-sama, kalo gitu aku masuk dulu ya" balas Ochi.

"Iya, aku juga pemit pulang" ucap Farel.

"Hati-hati di jalan" balas Ochi.

Farel langsung pergi meninggalkan Ochi.

Malam tiba. Rizal duduk di halaman belakang rumahnya sambil melihat keindahan langit malam.

"Dek.." sapa Melody yang tiba-tiba muncul.

"Hem?" balas Rizal yang masih menatap langit.

"Lagi liat apa?" tanya Melody yang langsung duduk di sebelah Rizal.

"Liat bintang" jawab Rizal.

"Emang bisa?" tanya Melody.

"Kamu kan rabun gelap" tambah Melody.

Rizal hanya tersenyum.

"Aku ga bisa liat bintang lah" ucap Rizal.

Melody tertawa kecil melihat Rizal.

"Ka.." ucap Rizal.

"Apa?" tanya Melody.

"Kayanya kakak harus punya pacar deh" jawab Rizal.

"Emang kenapa?" tanya Melody.

"Ya engga, aku tau kakak sebenernya pengen banget punya pacar, tapi aku ga tau kenapa kakak belum pacaran" jawab Rizal.

"Santai aja kali" ucap Melody.

"Aku pengen liat kakak bahagia, jangan cuma gara-gara aku terus kakak jadi ga punya pacar" balas Rizal.

"Eh?" ucap Melody kaget melihat wajah Rizal yang serius.

Melody merenung beberapa saat.

"Kalo kakak punya pacar nanti kamu sendirian" ucap Melody.

"Aku udah biasa ka sendirian, kakak ga usah khawatir, jangan nambahin beban ke aku ka, aku ga mau jadi penghalang kakak sama ka Reza" balas Rizal.

"Tunggu, kok kamu tau nama Reza?" tanya Melody heran.

Rizal tersenyum dingin.

"Kemaren aku ga sengaja liat notes kakak, di situ kakak nulis kalo kakak sebenernya pengen banget punya pacar, tapi gara-gara aku kakak malah milih buat sendiri, aku tau juga kalo ka Reza udah sering nembak kakak, ada nama twitter ka Reza di notesnya, terus tadi aku buka, aku liat tweetnya, dia setia nunggu kakak, di situ aku ngerasa kalo aku cuma jadi beban doang" jawab Rizal.

Tanpa sadar Melody mengeluarkan air matanya, Rizal beranjak dari tempat duduk, dia bediri sambil melihat langit malam.

"Tapi dek, kamu juga harus punya pacar, kalo kamu udah punya pacar, baru kakak pacaran juga" ucap Melody mengusap matanya.

"Itu urusan aku ka, biar aku yang nentuin mau pacaran kapan, saat ini aja ka, jangan mikirin aku, mikir kebahagian kakak sama ka Reza, udah itu doang" balas Rizal.

"Ya udah kalo gitu, aku masuk dulu, kakak juga jangan tidur malem-malem" tambah Rizal.

Rizal pergi ke kamarnya untuk beristirahat dan meninggalkan Melody sendiri di taman belakang.

Keesokan harinya di kelas.

"Malem ini mau kemana je?" tanya Alldy.

"Kemana ya? jemput aku aja dulu" jawab Jeje.

"Cie yang malem mingguan" sambung Kinal.

"Cie-cie" ucap Ghaida, Beby, dan Ayana.

"Dari pada lu cuma di rumah doang" balas Alldy.

"Oh maaf, kita berempat udah ada acara buat malem ini" ucap Ghaida.

"Kalo lu nik?" tanya Jeje.

"Hem, ka Ve tau tuh ngajak jalan entar malem" jawab Niko.

"Lu ada acara zal malem minggu ini?" tanya Alldy.

"Gue malem ini, engga ada acara, paling di rumah" jawab Rizal.

"Ikut kita aja zal" ajak Kinal.

"Engga ah, gue ga mau ganggu kalian berempat" ucap Rizal yang langsung berdiri dan pergi meninggalkan mereka semua.

"Akhir-akhir ini dia susah di tebak" ucap Niko.

Malam tiba, Rizal hanya menonton tv di kamarnya.

"Tok.. Tok.." suara ketukan pintu.

"Masuk.." ucap Rizal.

"Dek.." sapa Melody.

"Eh ka, ada apa?" tanya Rizal.

"Kakak pergi dulu ya" jawab Rizal.

"Oh sama ka Reza?" tanya Rizal.

Melody hanya mengangguk.

"Oke, tapi btw kakak cantik banget pake dress warna putih gini" ucap Rizal.

"Hehe, ya udah, kakak turun dulu, ka Reza udah nunggu di ruang tamu" balas Melody.

Mereka keluar dari kamar Rizal, Melody lalu turun menuju ruang tamu, tapi Rizal teteap di lantai dua melihat mereka dari atas.

Melody dan Reza keluar dari rumah menuju depan gerbang, Rizal berjalan ke balkon kamarnya untuk melihat kepergian kakaknya. Beberapa menit melihat dari atas, Melody pun pergi.

"Akh, akhirnya sendiri lagi, di rumah yang besar ini cuma ada gue sama si mbok, mungkin ini jalan yang terbaik" ucap Rizal.

Beberapa menit di perjalanan, Melody dan Reza sampai di salah satu restoran di mall jakarta.

"Seneng deh akhirnya bisa jalan sama kamu" ucap Reza.

"Iya, aku juga" balas Melody.

"Biasanya kan kamu ga mau jalan malem minggu gini demi nemenin adik kamu" ucap Reza.

Melody hanya tertawa kecil.

"Lagian aku ga habis fikir deh, kok adik kamu belum punya pacar, padahal dia lumayan oke" ucap Reza.

"Aku juga ga tau, papah sama mamah juga terus bekerja setiap hari, berangkat pagi terus pulang malem banget, jadinya aku sama Rizal jarang punya waktu sama keluarga, mangkanya aku selalu nemenin dia biar dia ga kesepian" balas Melody.

"Iya, lagian dia cowok ini, udah dewasa juga" ucap Reza.

"Tapi buat aku, dia masih kaya anak-anak" balas Melody.

"Setiap aku ketemu adik kamu, aku selalu mikir gitu, dia bener adik kamu atau bekan, hehe.." ucap Reza.

"Maksudnya?" tanya Melody.

"Iya, dia sama kamu engga ada kemiripan, terus aku juga pernah ketemu papah sama mamah kamu, kamu mirip sama mereka berdua, apalagi sama mamah kamu, tapi Rizal, aku ga bisa liat" jawab Reza.

Wajah Melody terlihat kesal melihat Reza, tanpa berbicara, dia langsung pergi meninggalkan Reza.

"Mel, tunggu" ucap Reza mengejar Melody.

Mereka berjalan sampai depan mall.

"Tunggu kenapa sih" ucap Reza menarik tangan Melody.

"Sebenernya hari ini aku mau nerima kamu buat jadi pacar aku, tapi tadi kamu ngomong gitu tentang adik aku, aku jadi males ketemu kamu" balas Melody.

"Lepas.." tambah Melody melepas paksa tangannya.

"Kamu kenapa sih sensi banget kalo nyinggung masalah adik kamu, emang bener kan yang aku bilang tadi" ucap Reza.

Kemarahan Melody memuncak, dia menampar pipi Reza.

"Mel.." ucap Reza.

"Dia, orang yang paling berharga di hidup aku, ga satu pun orang yang boleh ngejelekin dia" balas Melody.

"Taksi.." teriak Melody.

Melody langsung kembali ke rumahnya, sesampai di sana, dia berlari menuju lantai dua untuk menemui Rizal.

"Dek.." ucap Melody membuka pintu kamar Rizal.

"Eh kemana dia?" tanya Melody heran melihat kamar Rizal yang kosong.

Melody langsung mengeluarkan HPnya dan menelpon Rizal. terdengar suara nada ringtoon dari kasur Rizal.

"Yah, HPnya ditinggal di kasur" ucap Melody.

Melody langsung berlari menuju lantai satu, saat berada di deket taman belakang, dia melihat Rizal dan Mbok lagi mengobrol.

"Makasih ya mbok udah mau nemenin aku ngobrol" ucap Rizal.

"Iya den sama-sama, kalo gitu mbok ke kamar dulu" balas mbok.

"Iya mbok" ucap Rizal.

Si mbok pergi meninggalkan Rizal yang sedang duduk di ayunan sambil menatap langit.

"Non udah pulang?" tanya mbok pelan.

Melody mengangguk sambil menangis.

Perlahan, Melody berjalan ke taman belakang.

"Dekk.." sapa Melody pelan.

Rizal langsung menoleh.

"Ka, kok kakak udah pulang?" tanya Rizal yang berdiri dari tempat duduknya.

Melody berlari dan mendekap Rizal erat.

"Eh ka, kenapa? kok nangis?" tanya Rizal cemas.

Melody hanya menangis sambil memeluk Rizal, tanpa sadar, Rizal juga ikut meneteskan air mata dan dia membalas pelukan Melody.

"Ya udah ka, keluarin aja semua kesedihan kakak" ucap Rizal.

*To Be Continued*
Previous
Next Post »
Thanks for your comment