"Untung masih ada tempat kaya gini" ucap Rizal yang berjalan-jalan sambil memegang botol mineral.
"Eh, tempat favorit gue ditempatin" ucap Rizal pelan melihat ke arah bangku yang biasa dia dudukin.
Rizal berjalan untuk mencari tempat duduk yang sepi sampai dia kembali lagi ke awal.
"Ish, cuma tempat duduk itu doang yang masih lega" ucap Rizal.
Rizal memberanikan diri untuk duduk di sebelah cewek yang dia tidak kenal.
"Maaf, boleh saya duduk di sini?" tanya Rizal.
"Eh iya, silahkan" jawabnya.
Rizal langsung duduk dan meminum air yang dia bawa. Cewek yang duduk di sebelah Rizal hanya fokus membaca buku pelajaran, membuat Rizal bosan melihatnya. Rizal mengeluarkan earphone dan memutar musik dari iphonenya. Rizal terbawa alunan nada, dia memejamkan matanya sambil kepalanya mengadah ke atas dan menghadap ke langit. Setelah beberapa puluh menit.
"Maaf ya kita terlambat" ucap seseorang yang menghampiri cewek di sebelah Rizal.
"Eh, itukan Rizal" ucap salah seorang temannya lagi.
Cewek yang duduk di sebelah Rizal hanya menoleh ke arah Rizal dan dia sedikit bingung dengan ucapan temannya.
"Rizal? siapa dia?" tanyanya.
"Ih, masa ga tau" jawab temannya.
Lalu temannya mencoba menegur Rizal.
"Haii" sapa mereka.
Rizal tetap diam.
"Hallooo..." teriak mereka.
Dengan perlahan Rizal membukan mata.
"Eh?" ucap Rizal kaget melihat empat cewek yang sedang berdiri di hadapannya.
"Ha, halo" balas Rizal sambil melepas earphonenya.
"Kamu Rizal kan? kapten tim futsal SMA J?" tanya seorang cewek.
"Iya" jawab Rizal.
"Kalian siapa?" tanya Rizal.
"Oh iya, kenalin aku Andela" jawab salah satu cewek itu.
"Aku Nadse"
"Aku Elaine"
"Aku Gracia"
"Kalian dari sekolah mana?" tanya Rizal.
"Kita dari SMA T" jawab Andela.
"Kok kamu bisa berduaan sama Rizal sih?" tanya Nadse ke cewek sebelah Rizal.
"Eh, kalian temennya dia?" tanya Rizal.
"Iya, namanya Michelle" jawab Elaine.
"Oh Michelle, cewek yang membosankan" kata Rizal dalam hati.
"Kenapa sih kalian heboh banget ketemu dia?" tanya Michelle heran.
"Lah, dia kapten tim futsal dari SMA J" jawab Gracia.
"Ih kudet banget nih anak. Dia sama tim futsalnya terkenal di kalangan SMA jakarta, apalagi dikalangan anak cewek" tambah Nadse.
"Terkenal apanya?" tanya Michelle yang berdiri.
"Yuk kita pergi" tambah Michelle yang langsung pergi.
"Maaf, kita pergi duluan" ucap Andela.
Mereka berempat mengejar Michelle.
"Cih, baru kali ini gue di campakan sama cewek yang baru gue kenal" ucap Rizal kesal melihat mereka berlima pergi.
Setelah cukup lama menyendiri di taman, Rizal memutuskan untuk pulang.
Keesokan harinya. Saat mau berangkat sekolah, seperti biasa Nabilah sudah rapih dan segera turun dari lantai dua dan menuju meja makan untuk sarapan.
"Pah, hari ini Nabilah berangkat bareng papah ya" ucap Nabilah sambil memakan roti.
"Loh, temen kamu udah jemput" balas ayah.
"Siapa?" tanya Nabilah heran.
"Liat aja, dari jam enam pagi deh dia datengnya" jawab ibu.
Nabilah dengan cepat menghabiskan sarapannya.
"Pah, mah. Nabilah berangkat dulu ya" ucap Nabilah.
Nabilah langsung pergi ke luar rumah.
"Tumben Shania pagi-pagi ngejemput" kata Nabilah dalam hati.
Saat keluar rumah, Nabilah terlihat kaget.
"Ka, ka Niko" ucap Nabilah.
"Hai bil" sapa Niko.
"Udah siap?" tanya Niko.
"Kakak ngapain di sini?" tanya Nabilah heran.
"Ya jemput kamu lah" jawab Niko.
"Ya udah bareng aja" ucap ibu Nabilah yang tiba-tiba muncul.
"Eh?" ucap Nabilah kaget.
"Nak Niko, bawa motornya jangan ngebut-ngebut ya" ucap ibu.
"Iya tante, pasti" balas Niko.
"Ayo pergi, nanti kalian telat lagi" ucap ibu.
"I.. iya mah" balas Nabilah yang salim dan langsung pergi menuju depan gerbang rumahnya.
"Kita berangkat dulu tante" ucap Niko pamit.
"Hati-hati ya" balas ibu.
Niko lalu menghampiri Nabilah yang sedang bediri di samping motornya.
"Pake helmnya" ucap Niko memberikan helm.
Nabilah memakainya dan langsung menaiki motor Niko. Mereka berdua kemudian pergi. Saat diperjalanan, mereka berdua hanya berdiam diri.
"Kenapa sih ka, saat aku mau ngelupain kakak, eh kakak malah ada" kata Nabilah dalam hati sambil memegang tas punggung Niko.
Beberapa menit di jalan, mereka sampai di parkiran sekolah.
"Liat, siapa yang baru dateng" ucap Alldy.
"Ah.." balas Rizal tersenyum dingin.
"Makasih ya ka" ucap Nabilah memberikan helm yang dia pakai.
"Iya" balas Niko sambil tersenyum.
"Kalo gitu aku ke kelas dulu" ucap Nabilah yang langsung pergi.
"Cie.. cie.." ucap Alldy.
"Ah apaan sih lu" balas Niko menghampiri Rizal dan Alldy yang sedang duduk di atas motornya masing-masing.
"Yuk ke kelas" potong Rizal.
Mereka bertiga langsung pergi ke kelas.
Jam istirahat.
"Ke kantin yuk" ajak Ayana.
Mereka semua pergi bersama.
"Beb, pesenin pop mie dong" ucap Rizal.
"Iya" balas Beby.
Tidak begitu lama, pesanan datang. Mereka berkumpul dalam satu meja. Saat sedang berkumpul, Dhike dan dua temannya berjalan di depan mereka.
"Fix, gue ga suka sama dia" ucap Ghaida.
"Bukannya udah lama ga sukanya?" tanya Jeje.
"Iya, sekarang puncaknya" jawab Ghaida.
"Nik, dy" ucap Rizal.
"Apa?" tanya Niko dan Alldy.
"Mulai sekarang lu berdua sama tim harus terbiasa tanpa gue saat latihan mau pun pertandingan" jawab Rizal.
Semua teman-temannya langsung menatap Rizal.
"Maksud lu zal?" tanya Kinal.
"Hei, apa ini karena ucapan Dhike yang ngancem bakal nyabut kapten tim futsal dari lu?" tanya Alldy.
Rizal hanya mengaduk pop mie dengan wajah serius.
"Kalo emang itu masalahnya, engga akan gue biarkan dia ngelakuin itu ke lu" ucap Niko.
"Engga ada yang tau kedepannya kaya apa" balas Rizal.
"Kok kamu kaya nyerah gitu zal?" tanya Beby.
"Bukan nyerah, itu cuma rencana B, gue kepikiran buat kedepannya" jawab Rizal.
"Hebat, Rizal udah mikirin kedepannya kaya apa" kata Jeje dalam hati.
"Tetep aja, rencana B itu engga akan kita gunakan" ucap Alldy.
"Betul, mending kalian fokus buat pertandingan selanjutnya" sambung Kinal.
"Ngomong-ngomong pertandingan futsal, kemaren SMA K seri lawan SMA T" ucap Alldy.
"Engga gue sangka SMA T jago juga" balas Niko.
"Bukan SMA T yang makin jago, tapi SMA K yang melemah" ucap Rizal.
"Eh?" ucap Niko heran.
"SMA T bisa nyamain skor gara-gara Farel keluar dari pertandingan waktu babak ke dua" ucap Rizal.
"Kok lu bisa tau?' tanya Alldy.
"Sepupu lu yang cerita" jawab Rizal.
"Mereka bisa seperti itu karena terlalu mengandalkan kapten mereka Farel, itu sebabnya gue bikin rencana B, gue ga mau lu pada goyah sewaktu-waktu gue ga ikut bertanding gara-gara gue ada urusan" tambah Rizal.
Niko dan Alldy hanya diam.
"Dan kalo gue ga ada, yang bakal ngegantiin gue jadi kapten yaitu Alldy. Oke, gue udah beres" ucap Rizal yang beranjak dari tempat duduk dan langsung pergi.
"Kenapa sama Rizal?" tanya Ayana.
"Engga tau" jawab Beby.
"Yang pasti ini ga bagus" sambung Jeje.
Saat jam pulang sekolah.
"Sin, temenin aku jalan yuk" ajak Farel.
"Maaf ya, aku udah janji sama ka Naomi buat temenin dia ke toko buku" ucap Sinka.
"Kok kamu jadi jarang punya waktu buat aku sih?" tanya Farel sedikit kesal.
"Bukan gitu" jawab Sinka.
"Udah lah, masih banyak orang yang bisa aku ajak jalan" ucap Farel.
Sinka menatap Farel kesal.
"Ya udah sana" ucap Sinka yang langsung pergi ke kelas Naomi.
"Cih.." ucap Farel melihat Sinka pergi.
"Maaf nunggu" ucap Naomi.
"Ga apa-apa kok ka" balas Sinka sedikit murung.
"Kenapa? ada masalah?" tanya Naomi.
"Em, tadi Farel ngajak aku jalan, tapi aku bilang kalo aku udah ada janji sama kakak" jawab Sinka.
"Ya udah, kamu jalan aja sama Farel, biar kakak sendiri ke toko bukunya" ucap Naomi.
"Eh, engga apa-apa ka, lagian Farel juga udah pergi" balas Sinka.
"Yakin ga apa-apa?" tanya Naomi.
"Yakin, yuk ah" jawab Sinka.
Naomi hanya tersenyum.
Sesampai di toko buku, mereka mencari dengan seksama.
"Ka Naomi" sapa seseorang.
"Eh dia" ucap Sinka.
"Dia Michelle" sambung Naomi.
"Eh Michelle" ucap Naomi.
"Kakak apa kabar?" tanya Michelle.
"Baik" jawab Naomi.
"Sinka apa kabar?" tanya Michelle.
"A.. aku baik" jawab Sinka.
Naomi melihat ke sekeliling mereka.
"Tenang aja ka, ka Ethan ga ikut, dia lagi latihan futsal" ucap Michelle.
"Hehe.." balas Naomi.
"Ga nyangka ya kalo jadinya kaya gini, seandainya ka Naomi sama ka Ethan masih pacaran, mungkin aku sama Sinka masih jadi saudara" ucap Michelle.
Sinka tersenyum manis.
"Kita masih tetep jadi saudara kok" balas Sinka.
"Bener kata Sinka" sambung Naomi.
Saat mereka mengobrol.
"Itu Rizal kan ka?" tanya Sinka.
"Eh iya" jawab Naomi yang melihat Rizal berdiri di pintu masuk toko buku.
"Ih dia lagi" ucap Michelle.
"Eh kamu kenal?" tanya Sinka.
"Belum terlalu sih, kenalnya baru kemaren di taman kota" jawab Michelle.
"Ngapain sih nelpon" ucap Rizal melihat layar HPnya.
Rizal keluar dari toko buku untuk mengangkat telpon.
"Hem, ada apa ka?" tanya Rizal.
"jemput kakak dong" jawab Melody.
"Jemput di mana?"
"Di kantor papah"
Rizal diam beberapa saat.
"Ya udah iya, tunggu" ucap Rizal yang langsung menutup telpon dan pergi menuju kantor ayahnya.
Sesampai di sana, dia menuju lift dan dan pergi ke lantai 48 dimana ruangan ayahnya berada.
"Mentang-mentang bos, pilih ruangan paling atas" ucap Rizal pelan.
Beberapa menit di dalam lift, Rizal sampai di lantai 48 dan langsung menuju ruangan ayahnya.
"Haloo." ucap Rizal yang membuka pintu ruangan.
"Eh udah dateng" balas Melody yang sedang menonton tv.
"Papah mana?" tanya Rizal.
"Papah lagi di ruang miting, ada klien dua orang dari jepang" jawab Melody.
"Yuk pulang" ajak Rizal yang langsung pergi.
"Eh tunggu" ucap Melody mengejar Rizal.
saat mereka berjalan melewati ruang miting, Rizal pun berhenti.
"Kenapa dek?" tanya Melody.
"Dengerin mereka ngomong apa" jawab Rizal.
"Ih ga baik" ucap Melody.
Rizal perlahan mendekati pintu ruang miting dan begitu juga Melody, diam-diam Melody penasaran apa yang sedang di bicarakan orang tuanya dengan dua orang dari jepang.
"Kaisha no junbi ni sozokujin ka do ka?"
"Kyo no tame ni mada"
"Wareware wa matsu hitsuyo ga itsu made?"
"Watashi wa rainen o yakusoku"
"Soredewa, kaisha WDJ gurupu irai, kare no kokei sha o matsu tame ni 16 nen ijo matsu koto wa dekimasen"
"Sate, watashi wa rainen o yakusoku"
"Ngomong apa sih mereka, kakak ga ngerti, dikira pake bahasa inggris" ucap Melody.
"Apa ini? apa maksudnya? perusahaan wdj grup menunggu 16 tahun untuk pewarisnya, dan kenapa papah menjanjikan tahun depan untuk mencari pewaris itu, apa maksud semua itu?" kata Rizal dalam hati.
Rizal terlihat bingung, wajahnya menggambarkan bahwa dia sedang berfikir keras.
"Dek kanapa?" tanya Melody cemas.
"Kita mundur, mereka segera keluar" jawab Rizal.
Tidak lama ayah Rizal dan Melody keluar dari ruangan bersama dua orang dari jepang.
"Eh?' ucap Ayah kaget melihat Rizal.
Dua orang jepang itu juga menatap ke arah Rizal dengan serius, begitu juga Rizal menatap dua orang jepang itu dengan heran.
"Gomen'nasai, Watashitachi wa ikimasu" ucap Rizal sedikit membungkung dan pergi sambil menarik tangan Melody.
*To Be Continued*
ConversionConversion EmoticonEmoticon