"Love Story" Part 28

Setelah Niko mengantar Nabilah pulang, dia pun kembali ke SMA J untuk melakukan latihan futsal. Sesampainya di sana, Niko melihat Rizal duduk sendiri di pinggir lapangan.

"Oi...." Sapa Niko yang mencoba untuk membuat kaget Rizal.

"Eh elu, cepet banget lu anter Nabilah pulang, masih 30 menit lagi" ucap Rizal.

"Ah engga deh, dia juga ga nyaman kalo di deket gue" balas Niko.

"Bukan ga nyaman, tapi belum nyaman" ucap Rizal.

"Nah iya kali, tapi gue udah seneng bisa anter dia pulang" balas Niko.

"Eh lu nik udah dateng" potong Alldy yang menghampiri mereka berdua.

"Haha, iya" ucap Niko.

"Eh iya zal, ada berita penting" ucap Alldy.

Rizal langsung menatap Alldy tajam.

"Berita apa?" tanya Rizal dingin.

"Tiga orang yang nyerang lu waktu itu, mereka pemain futsal dari SMA T" jawab Alldy.

"SMA T?" tanya Niko heran.

"Iya, tapi sayangnya......." jawab Alldy gantung.

Niko heran melihat Alldy yang tiba-tiba lemas.

"Sayangnya kenapa?" tanya Rizal.

"Mereka di turnamen ini ada di grup E" jawab Alldy.

"Grup E siapa aja?" tanya Niko.

"SMA K, SMA T, SMA 2000, sama SMA 250" jawab Rizal sambil melihat langit-langit.

"Kalo kita?" tanya Niko.

"Di grup A ada SMA J, SMA B, SMA 49, SMA 333" jawab Alldy.

"Tapi kalo di grup E yang lolos SMA K dan SMA T, kemungkinan besar kita dan ........."

"Dan SMA T bisa ketemu dengan sistem kocok" ucap Rizal memotong ucapan Alldy.

"Engga penting lawan kita siapa, yang penting kita harus menang disetiap pertandingan" tambah Rizal yang langsung berdiri.

Tidak terasa jam 2 tiba. Semua pemain berlatih dengan keras, hanya Rizal yang berbeda, karena belum sembuh total, dia hanya pemanasan kecil sambil mengarahkan teman-temannya latihan. Saat jam menunjukan jam 5 sore, semua pemain bersiap-siap untuk pulang.

"Semua, kita duluan ya" ucap Rizal, Niko, dan Alldy yang pamit ke pemain lain.

"Aduh, batre HP abis lagi" ucap Alldy.

"Sama, ga bawa powerbank lagi" sambung Niko.

"Eh lu berdua duluan aja, gue ke toilet dulu" ucap Rizal.

"Ya udah zal kita duluan" potong Niko dan Alldy.

Rizal berjalan ke toilet meninggalkan Niko dan Alldy yang pulang duluan. Setelah beberapa menit di toilet, Rizal bergegas ke parkiran dan pulang.

Saat baru berada di gerbang sekolah.

"Hei, ngapain di sini?" tanya Rizal.

"Eh?" balas cewek itu.

"Pake seragam SMA K lagi" ucap Rizal.

Wanita itu hanya melihat Rizal panik.

"Nyari Alldy ya?" tanya Rizal.

"Iya" jawabnya.

"Alldy udah duluan, ya udah vin, aku anter pulang" ucap Rizal.

"Tapi......" balas Viny.

"Udah ayo" ucap Rizal.

Viny pun menaiki motor Rizal dan mereka kemudian pergi.

"Abis dari mana vin? kok bisa ke SMA J?" tanya Rizal.

""Iya, aku habis kerja kelompok, terus kata Alldy di suruh ke SMA J biar pulang bareng, tapi dari tadi aku telpon sama line orangnya malah ga bisa" jawab Viny.

"Iya, dia bilang batre HPnya habis. Ya walau pulang ga bareng Alldy tapi masih ada aku lah" ucap Rizal.

Viny hanya tersenyum  sambil memeluk Rizal agar tidak jatuh. Rizal menambah kecepatan untuk pergi ke rumah Alldy.

Sesampainya di depan rumah Alldy.

"Makasih ya zal" ucap Viny yang turun dari motor Rizal.

"Iya" balas Rizal.

"Viny....." teriak Alldy dari dalam yang bergegas ke luar pagar untuk menghampiri Viny.

"Ih ni orang" ucap Viny yang langsung membuang muka.

"Yeh, maaf kali, batre HP gue abis" balas Alldy.

Viny hanya diam.

"Lagian bener kan kalo lu ke SMA J bakal pulang bareng" tambah Alldy.

"Iya, bareng Rizal" ucap Viny kesal.

"Lah, gue bilang ga bareng gue, cuma bilang nanti bareng, bareng siapanya ya ga tau" balas Alldy.

"Tau ah" ucap Viny yang memasuki rumah.

Rizal hanya tertawa kecil melihat mereka berdua bertengkar.

"Lu ketemu dia di mana?" tanya Alldy.

"Di gerbang, clingak-clinguk liatin ke dalam ke sekolah kita" jawab Rizal.

Alldy tertawa mendengar ucapan Rizal.

"Parah emang lu" ucap Rizal.

"Iya sih, tapi rasa keselnya pasti terobati gara-gara lu anter dia pulang" balas Alldy.

"Iya kali, ya udah gue pulang dulu" ucap Rizal yang menyalakan mesin motor.

"Iya, sorry ngerepotin" balas Alldy.

Rizal lalu pergi pulang.

Tiga hari kemudian. Hari di mana SMA J bertandang ke SMA B. Rizal dan yang lainnya sudah berada di halaman sekolah SMA B.

"Rizal... Rizal... Rizal..." teriak siswi-siwi dari SMA B yang histeris.

Tapi Rizal tidak bergeming sedikit pun, dia hanya berjalan tanpa mengiraukan mereka.

"Anjirrr, ga normal kali si Rizal, padahal cewek yang teriakin nama dia cantik-cantik semua" bisik Niko ke Alldy.

Alldy hanya tersenyum.

Sesampai di ruang ganti, mereka mengganti seragam sekolah SMA J dengan seragam futsal.

"Kita berdoa. Berdoa menurut kepercayaan masing-masing, berdoa di mulai" ucap Rizal.

Selang beberapa detik.

"Berdoa selesai" ucap Rizal.

"Kita di sini bukan untuk bertanding, tapi kita ke sini untuk mempermalukan mereka di sekolah mereka sendiri, kita junjukin kekuatan kita yang sebenarnya" ucap Rizal.

"Kalian Siappp?!" teriak Rizal.

"Siaaapppp" balas semua pemain.

"Oke" ucap Rizal.

"JEE.. JEE.. JEEEEE.....!" Teriak semua pemain.

Mereka pun mulai memasuki hall lapangan. Kemudian di bangku penonton sangat ramai, hanya murud SMA B saja yang menonton pertandingan ini. Sesekali terdengar teriakan nama Rizal walau kecil.

"Kita benar-benar tanpa pendukung" ucap Niko melihat ke arah penonton.

"Dan kita juga jauh dari rumah" balas Alldy mencoba tenang dengan kebisingan di lapangan.

"Tetap fokus" teriak Rizal.

"PPrriitt" suara tanda dimulainya pertandingan.

Babak pertama dimulai, 20 menit berlalu. Rizal dan yang lainnya mendapatkan istirahat selama 10 menit.

"Memang lebih terjamin menang kalo Rizal, Niko, dan Alldy yang main" kata pelatih dalam hati sambil melihat papan skor.

Waktu istirahat selesai, pertandingan dilanjutkan babak ke dua.

"PPrriitt" suara tanda pertandingan berakhir.

"Hem, kita menang" kata Rizal dalam hati.

Semua pemain saling berjabat tangan.

"Menang 7 - 2 bos" ucap Niko senang.

"Meringankan beban di leg ke dua" tambah Alldy.

"Kita tetap harus fokus, tiga hari lagi pertandingan ke dua kita melawan SMA 49" teriak Rizal.

"Siap..." balas semua pemain SMA J.

Setelah pertandingan, mereka bergabti baju di ruang ganti dan pulang.

"Eh iya, semuanya, gue minta kita ke sekolah, di sekolah lagi ada pemilihan ketua osis baru, jadi kita harus nge vote" ucap Rizal.

Para pemain SMA J di antar kembali ke sekolah mereka. Sesampai di sana, Rizal, Niko, dan Alldy mengenakan almamater dan pergi menghampiri Kinal dan yang lainnya yang sedang duduk di lapangan sambil melihat para murid memasukan secarih kertas ke dalam kotak kardus.

"Hei.." sapa Niko.

"Udah beres?" tanya Beby.

"Udah dong" jawab Alldy.

"Menang?" tanya Ayana.

Rizal hanya mengangguk sambil meminum sebotol pocari sweat.

"Menang berapa?" tanya Jeje.

"7 - 2" jawab Alldy.

"Weh hebat" ucap Ghaida.

"Lu semua udah pada vote?" tanya Rizal.

"Udah" balas Kinal dan yang lainnya kompak.

"Nomer urut dua lumayan juga" ucap Rizal.

"Yang cewek anak IPS itu?" tanya Ghaida.

"Iya" jawab Rizal.

"Ih apa bagusnya?" tanya Ghaida.

Rizal hanya tertawa kecil.

"Yang mana zal orangnya?" tanya Niko penasaran.

"Entar gue kasih tau, sekarang kita nge vote dulu" jawab Rizal.

Mereka bertiga berjalan ke sisi berbeda di pinggir lapangan dan mengambil masing-masing kertas suara, setelah mengambil kertas suara, tangan mereka lalu di cap biru.

"Milih siapa?" tanya Niko bingung.

"Buset masih nanya, lu kira lagi ulangan" menulis nomer urut dan memasukannya ke dalam kotak.

Dan tidak lama di susul oleh Rizal dan Niko.

Setelah vote, mereka kembali menghampiri Kinal dan yang lainnya.

"Udah?" tanya Ghaida.

"udah" jawab Alldy.

"Pilih siapa?" tanya Kinal penasaran.

"Rahasia dong" jawab Rizal.

"Eh iya zal, nomer urut dua siapa namanya?" tanya Niko penasaran.

Rizal berfikir sejenak.

"Kalo ga salah, Dhine" jawab Rizal.

"Eh bukan, Dhina kayanya" tambah Rizal.

"Bukan.." ucap Kinal sedikit kesal.

"Oh iya, namanya Dhi...."

"Nama gue Dhike" ucap seorang cewek yang berdiri di belakang Rizal.

*To Be Continued*

Previous
Next Post »
Thanks for your comment