"Love Story" Part 23

Sinka masih terkejut mendengar ucapan Rizal, dan dia masih sedikit tidak percaya akan hal itu.

"Aku berharap bahwa dunia bisa diam, jadi aku bisa membuat hatiku yakin dan mendengar itu semua dengan benar" kata Sinka dalam hati.

Dunia seakan membisu di telinga Sinka, dia kembali mengingat ucapan Rizal.

"Aku cuma cinta sama kamu"

Setelah Sinka yakin dengan apa yang dia dengar, lalu dia tersenyum sambil matanya berkaca-kaca.

"Aku bisa melihat bintang spesial itu sekarang" kata Sinka dalam hati sambil melihat kepergian Rizal.

"Sinkaaa....!" teriak Naomi yang keluar dari mobil.

"Eh iya ka" balas Sinka.

Sinka lalu menghampiri Naomi dan kemudian pulang.

Sesampainya di rumah, Rizal menyalakan komputernya, dia melihat foto Sinka yang terpajang di layar monitornya.

"Kalo setiap hari kamu cuma memandangi fotonya, yang ada malah kamu akan semakin merindukannya" ucap seorang cewek dari sebelah Rizal.

"Eh?" ucap Rizal kaget dan menoleh.

"Ka..." ucap Rizal dengan ekspresi datar.

"Kamu suka sama dia?" tanya Melody yang duduk di kasur Rizal.

"Heih.." jawab Rizal kembali kaget.

"Menyukai seseorang engga berdosa kok" ucap Melody.

Rizal tersenyum pahit.

"Tadi aku sama Sinka ketemu di taman kota, terus di sana aku ga sengaja bilang kalo aku cinta sama dia" ucap Rizal.

"Ha? serius kamu dek?" tanya Melody kaget.

"Iya serius" jawab Rizal.

"Kok bisa?" tanya Melody heran.

"Engga tau" jawab Rizal santai.

"Kan kamu tau kalo dia udah punya pacar" ucap Melody.

"Iya, lagian aku nyerah berjuang dan engga akan berjuang untuknya" balas Rizal sambil melihat kembali layar monitornya.

"Kalo kamu merasa dia takdir kamu, maka jangan nyerah padanya, atau nanti kamu nyesel loh" ucap Melody.

"Aku engga percaya tentang takdir seperti itu ka" balas Rizal.

"Takdir adalah sesuatu yang akan menemukan kita, bukan karena kita mencarinya" ucap Melody.

"Kalo emang dia takdir aku, aku akan baik-baik aja walau tanpa cintanya, aku pasti akan menemukan cara untuk bertahan" balas Rizal.

"Inget loh dek, menyembunyikan perasaan lebih melelahkan daripada engga mengetahuinya" ucap Melody.

Rizal hanya diam.

"Ah kamu mah dek" ucap Melody memegang kepala Rizal dan langsung pergi ke luar kamar.

"Hem, takdir? menggelikan" ucap Rizal yang masih melihat foto Sinka.

Besoknya di sekolah. Rizal dan tim futsal SMA J sedang berkumpul mendengar arahan pelatih di lapangan.

"Seminggu lagi kejuaraan futsal di gelar, pertandingan pertama kita melawan SMA B, dan sisanya ada di Rizal, jadi kalian bisa tanya ke dia. Mulai besok kita harus sudah latihan" ucap pelatih.

"Siap.." balas semua pemain.

"Kalau gitu kalian boleh bubar" ucap pelatih.

Semua pemain lalu membubarkan diri. Rizal, Niko, dan Alldy masih berdiri di tengah lapangan, dari pinggir lapangan, Nabilah melambaikan tangannya sambil tersenyum.

"Tuh nik" ucap Alldy.

"Iya" balas Niko.

"Inget, batas taruhan tiga hari lagi" potong Rizal.

"Iya-iya, gue tau, ya udah gue ke dia dulu" ucap Niko.

Niko menghampiri Nabilah dan mereka ke kantin berdua, sedangkan Rizal dan Alldy kembali ke kelas.

Saat sedang berkumpul di kantin, Sinka hanya senyum-senyum sendiri.

"Pokoknya tahun ini kita harus bisa mempertahankan gelar kita dari SMA J" ucap Yuda.

"Pertandingan pertama lawan SMA mana kita?" tanya Bagas.

"SMA T" jawab Farel.

"Intinya kita fokus untuk masuk final dulu" tambah Farel.

Lidya yang duduk di depan Sinka merasa heran, dia melambaikan tangan tepat di depan muka Sinka, tapi Sinka hanya senyum-senyum sendiri dengan kepalanya di tumpu oleh kedua tangan di atas meja kantin. Lidya menyenggol Tata untuk melihat Sinka, dan Tata menyenggol Yupi hingga sampai ke teman-temannya, mereka semua bingung melihat Sinka.

"Cewek lu kenapa bro?" bisik Yuda.

"Engga tau" bisik Farel.

Farel lalu mencoba menyadarkan Sinka.

"Sayang, sayang" sapa Farel lembut.

Sinka masih tetap saja seperti itu.

"Hei Sinka" ucap Naomi yang duduk di sebelahnya dan mencubit pipi Sinka.

Wajah Sinka berubah dengan cepat, senyumnya seketika hilang dan berganti wajah kesal, bibir atasnya pun di naikan.

"Ih apaan sih ka?" tanya Sinka kesal.

"Kamu kenapa?" tanya Naomi.

"Aku........ Eh?" ucap Sinka kaget saat melihat teman-temannya yang sedang melihat dirinya.

Sinka pun menelan ludahnya.

"Em, aku ke toilet dulu" ucap Sinka yang lalu pergi.

Saat sudah jauh dari kantin, Sinka memperlambat langkahnya sambil membuka HPnya.

"Yah, Rizal engga kasih kabar ke aku" ucap Sinka lemas.

"Ah, aku line deh" tambah Sinka yang mulai mengetikan jarinya. Setelah terkirim dan menunggu beberapa menit, HP Sinka tidak kunjung bunyi.

"Kok engga di bales sih, cuma di read doang" ucap Sinka.

"Oke, emang mau di telpon ni orang" tambah Sinka mulai menelpon.

Beberapa detik tidak ada jawaban.

"Et zal, HP lu geter di atas meja tuh, berisik tau" keluh Alldy.

Rizal melihat layar HPnya.

"Sinka" ucap Rizal pelan.

"Baru juga kemaren gue bilang cinta, sekarang udah berani line sama nelpon, padahal dia punya pacar" tambah Rizal pelan.

"Kenapa lu ngomong gresek-gresek?" tanya Alldy.

"Angkat tuh telpon, kali penting" tambah Alldy.

Rizal hanya memejamkan mata dan memainkan rambutnya sambil mendengar suara getaran dari HPnya yang kunjung tak henti. Alldy mulai penasaran, dia melihat HP Rizal yang masih bergetar di atas meja.

"Sin....ka" ucap Alldy.

"Sinka mana zal?" tanya Alldy.

Setelah Alldy membaca HP Rizal, Rizal membuka mata dan mengambil Hpnya, dia menolak panggilan Sinka dan mematikan Hpnya.

"Eh? dia nolak panggilan aku" ucap Sinka sedikit kesal.

Dia lalu berjalan ke kelas.

"Sinka anak mana zal?" tanya Alldy

"Anak ilang" jawab Rizal.

"Eh iya, sodara lu gimana gitu?" tanya Rizal merubah topik pembicaraan.

"Oh itu, tiga hari lagi kita ketemu dia" jawab Alldy.

"Siapa namanya?" tanya Rizal.

"Tiga hari lagi" jawab Alldy.

"Pffttt" gumam Rizal.

Hari cepat berlalu, sepulang sekolah, Niko mengajak jalan Nabilah. Mereka mulai dekat dan akrab. Nabilah mulai bisa menerima Niko dihatinya, saat mereka berdua sedang menikmati keindahan taman kota, Nabilah sesekali melihat wajah Niko dari samping.

"Kayanya aku mulai suka sama kakak" kata Nabilah dalam hati sambil melihat Niko.

"Hei" sapa Niko yang menoleh ke Nabilah.

"Ma, maaf ka, kalo dari tadi aku ngeliatin muka kakak" balas Nabilah.

Niko hanya tersunyum yang membuat Nabilah tersipu malu.

"Kita pulang yuk, udah mendung nih" ucap Niko.

"Ayo ka" balas Nabilah.

Niko lalu mengantar Nabilah pulang. Saat baru sampai di rumah Nabilah, hujan mulai turun membasahi kota.

"Ka, cepet masuk" ucap Nabilah menarik tangan Niko.

Mereka berdua sampai di teras rumah Nabilah.

"Ka masuk, ketemu mamah" ucap Nabilah.

Niko mengikuti ucapan Nabilah dan masuk untuk menemui ibunya.

Di kamar. Dalam waktu yang bersamaan, Rizal berdiri menatap hujan yang tubuhnya menghadap ke balkon, Rizal menggenggam HPnya sambil kedua lengannya di silang di dadanya. Sedangkan Sinka hanya duduk di kasur sambil berselimut melihat hujan turun, Sinka menggenggam HPnya dengan kedua tangannya. Tidak lama.

"Butuh ditemenin?" tanya Melody dan Naomi yang memasuki kamar adiknya masing-masing.

"Eh kakak" jawab Rizal dan Sinka menoleh ke pintu kamar.

Naomi mendekati Sinka yang sedang duduk di atas kasur, Naomi menyelimuti dirinya sambil memeluk Sinka. Sedangkan Melody menarik tangan Rizal dan mengajaknya duduk di atas kasur sambil bercerita.

Hari berlalu begitu cepat, pada hari ke tiga, dan saat jam istirahat, Niko mengajak Nabilah untuk pergi ke pinggir lapangan, mereka berdua berdiri di bawah pohon yang sangat rindang.

"Bil, boleh ga aku ngomong sesuatu?" tanya Nabilah.

"Ngomong aja kali ka" jawab Nabilah.

"Em oke. Bil, sejak pertama kali aku kenalan dan sering ngobrol mau pun jalan sama kamu, aku ga tau ya kenapa selalu merasa nyaman berada di dekat kamu. Untuk itu bil, Jujur aku sayang sama kamu, kamu mau jadi cewek aku?" ucap Niko.

Nabilah diam seribu bahasa. dia mencoba menenangkan dirinya.

"Ak, aku mau ka" balas Nabilah.

"Ha? serius bil?" tanya Niko senang.

Nabilah hanya mengangguk.

"Yes.." ucap Niko.

Rizal dan Alldy melihat dari kejauhan.

"Tepat pada waktunya tuh anak" ucap Alldy.

"Iya, lu udah siapin uang 500rb?" tanya Rizal.

"Nih" jawab Alldy sambil memberikan uang tersebut.

Rizal menggabungkan uang Alldy dengan uangnya dan lalu dimasukan ke amplop coklat.

"Ka, aku ke kelas dulu ya, mau ngambil sweater kakak yang kemarin ketinggal di rumah aku" ucap Nabilah.

Saat Nabilah sudah pergi, Rizal dan Alldy menghampiri Niko.

"Cie yang keterima" ucap Alldy.

"Yoman" balas Niko.

"Uang diamplop nih" ucap Rizal.

"Tapi zal, kita jahat ga sih mainin hati Nabilah?" tanya Niko.

"Jahat lah" jawab Rizal simple.

"Jadi lu ga mau uangnya nih?" tanya Rizal. 

"Eh mau lah" jawab Niko mengambil uangnya dari tangan Rizal.

"Oke" ucap Rizal sambil tertawa.

"Udah gue bilangkan, gue bisa dapetin dia dalam seminggu" ucap Niko.

"Hebat lu" balas Alldy.

Mereka bertiga pun tertawa. Saat sedang tertawa, Nabilah muncum sambil menangis.

"Oh, jadi kalian taruhan, ternyata kalian semua jahat, kalian dari luar seperti malaikat, tapi hati kalian jahat seperti setan, tuh sweater kamu" ucap Nabilah yang melempar sweater ke Niko.

"Oiya, kita putus" tambah Nabilah yang lari pergi meninggalkan mereka bertiga sambil menangis.

Semua murid yang di sekitar mereka melihat ke arah Rizal, Niko, dan Alldy.

"Yuk kita ke kelas" ajak Rizal.

Di kelas, Nabilah hanya menagis di mejanya.

"Kenapa kamu bil?" tanya Shania memeluk Nabilah.

"Ka Niko shan" jawab Nabilah gantung.

"Kenapa dia?" tanya Shania.

"Dia deketin aku cuma karena taruhan" jawab Nabilah.

"Sabar bil" ucap Shania mencoba menenangkan sahabatnya itu.

Malam tiba, Rizal mendapat pesan singkat dari Alldy kalau mereka janjian bertemu di cafe yang terletak di salah satu mall jakarta. Rizal lalu beregegas pergi. Saat sudah di depan cafe, Rizal pun berjalan masuk, saat baru beberapa langkah, seorang cewek menabraknya.

"Maaf, maaf" ucap cewek itu yang berlari ke luar cafe.

"Cewek jaman sekarang, sukanya buru-buru" ucap Rizal.

"Tapi, kayanya gue pernah liat dia deh, tapi dimana ya?" tambah Rizal yang melihat cewek itu dari belakang.

Saat Rizal sedang mengingat-ingat, terdengar suara yang memanggilnya.

"Zal" teriak Alldy.

"Nah itu dia" ucap Rizal menghampiri Alldy.

"Lah, lu sendiri?" tanya Rizal.

"Engga, sama sepupu gue, ke toilet dia" jawab Alldy.

"Oh, oke" ucap Rizal.

Mereka berdua pun menunggu kehadiran sepupu Alldy, meresa bosan, Rizal memainkan HPnya sambil menunduk. Selang berapa menit.

"Maaf kalo nunggu lama" ucap seorang cewek yang tiba-tiba datang.

Rizal lalu melihat cewek itu dan cewek itu melihat Rizal.

"Kamu kan....." ucap Rizal dan cewek itu berbarengan.

*To Be Continued*

Previous
Next Post »
Thanks for your comment