"Ka..kamu ngapain di sini?" tanya Sinka.
Cowok yang berdiri didepannya tentu tidak asing bagi Sinka, cowok itu berjalan mendekati Sinka.
"Rizal, ngapain kamu di sini?" tanya Sinka pelan.
"Engga ada waktu buat ngejelasinnya, sekarang kita cari kereta kita yang ke Bandung" jawab Rizal yang menarik lengan Sinka untuk pergi.
Mereka pergi mencari kereta yang akan mereka naiki. Beberapa menit mencari, mereka berdua pun memasuki salah satu gerbong kereta, dan melanjutkan mencari tempat duduk sesuai dengan tiket.
"Nah, kita duduk di sini" ucap Rizal yang berhenti di dua kursi yang kosong.
Sinka duduk di sebelah kaca, sedangkan Rizal duduk di sebelahnya. Di depan mereka sudah terdapat dua orang penumpang lainnya yang duduk menghadap Sinka dan Rizal. Orang dua itu, sepasang suami istri, dan sang istri sedang hamil.
"Wah, keretanya enak juga" ucap Rizal melihat kesekeliling.
Rizal kemudian membaca tiket keretanya.
"Pantes, kelas eksekutif" ucap Rizal pelan.
"Ka Naomi tau aja kesukaan gue" tambah Rizal dalam hati.
Sinka hanya diam sambil menatap cowok yang sedang duduk di sebelahnya, beberapa detik, Rizal merasa kalau dirinya sedang diawasi, Rizal langsung menoleh ke arah Sinka.
"Kenapa?" tanya Rizal heran.
"Kok kamu bisa di sini sih?" tanya Sinka yang menciutkan matanya.
Rizal tersenyum mendengar pertanyaan Sinka.
"Jangan senyum-senyum dong" ucap Sinka.
"Iya-iya, aku ke sini ngikutin kata hati aku aja" balas Rizal.
"Bukan gitu, yang seharusnya duduk di sebelah aku itu Farel" ucap Sinka.
"Ya udah sih, emang kamu ga mau kalo aku ada di sini?" tanya Rizal.
"Mau-mau" jawab Sinka.
"Eh?" tambah Sinka yang langsung menunduk malu.
Tidak lama, kereta berangkat menuju Bandung. Di perjalanan, mereka akrab mengobrol.
"Eh sin liat" ucap Rizal.
Sinka langsung menoleh ke arah Rizal. Ternyata Rizal sudah siap dengan kamera HPnya untuk selfie, dengan spontan, Sinka langsung memasang muka duck face, setelah angle camera yang terasa cukup bagus, Rizal langsung mengambil gambar.
"Ciee duck face" ucap Rizal sambil melihat layar HPnya.
Sinka hanya tertawa kecil sambil melihat pemandangan sawah dari balik kaca kereta. Setelah foto didapat, Rizal langsung mengirimkannya ke Naomi via Line.
"Syukur deh, aku jadi tenang, tolong jaga Sinka ya" balasan Line dari Naomi.
Seusai foto, mereka berdua diam, Sinka yang melihat ke luar dan Rizal yang asik memainkan HPnya.
"Apa kalian pacaran?" tanya seorang bapak yang memecah keheningan .
Rizal dan Sinka langsung menatap orang itu yang duduk didepan mereka berdua.
"Eh, bu..bukan kok, kita ......"
"Kita pacaran" ucap Rizal memotong ucapan Sinka.
Sinka langsung menatap Rizal heran.
"Oh pantes kalian mesra dari tadi" ucap bapak.
"Kaya waktu kita muda dulu ya pak" sambung istrinya yang duduk di sebelah si bapak.
Rizal hanya tertawa kecil.
"Ga akan gue biarin sin kalo Farel sampe nyakitin lu" kata Rizal dalam hati sambil melihat ke arah Sinka.
"Nama kalian siapa?" tanya bapak.
"Saya Rizal, dan pacar saya ini namanya Sinka" jawab Rizal.
"Eh? i..iya, aku Sinka" sambung Sinka kaget.
"Kalian mau kemana?" tanya istri si bapak.
"Ini, kita mau ke rumah neneknya Sinka, sekalian Sinka mau liburan" jawab Rizal.
"Jadi kalian masih sekolah?" tanya bapak.
"Iya, kita masih SMA, kita beda sekolah, SMA Sinka libur seminggu, sedangkan SMA saya engga libur, mangkanya saya izin sekolah biar bisa nemenin dia" jawab Rizal.
Sinka hanya melihat ke arah Rizal.
"Oh gitu. berhubung saya lagi hamil, semoga kalo anak laki-laki yang lahir bisa seganteng nak Rizal" ucap sang istri.
"Amin.." balas Rizal.
"Dan, kalo perempuan yang lahir bisa secantik nak Sinka" ucap sang istri lagi.
"Amin.." balas Sinka.
Mereka berempat tertawa bersama.
"Ayo, kalian boleh ngelanjutin istirahat kalian" ucap bapak.
"Iya pak" balas Rizal.
Mereka berempat mulai menjaga jarak kembali.
"Zal, aku masih bingung gimana caranya kamu dapet tiket kereta ke Bandung terus duduknya bisa di sebelah aku" ucap Sinka.
"Kalo masih bingung terus mau tau banget, pulang dari Bandung kamu langsung tanya ka Naomi kenapa aku bisa ikut sama kamu" balas Rizal yang sambil memejamkan mata.
Sinka kembali melihat pemandangan di luar kereta sambil sedikit melamun.
"Dut.. dudutt.." ucap Rizal.
Sinka masih saja diam.
"Dudutt.." bisik Rizal.
"Eh iya" ucap Sinka.
"Tunggu, kok dudut sih?" tanya Sinka heran.
Rizal setengah tertawa melihat ekspresi wajah Sinka yang heran.
"Engga nyadar apa kalo kamu gendut?" tanya Rizal sambil mencubit pipi kanan Sinka hingga beberapa detik lamanya.
"Ih, aku ga gendut, cuma gemuk" jawab Sinka yang langsung menoleh melihat ke kaca kereta.
Rizal tersenyum.
"Mulai sekarang, aku akan panggil kamu dudut" ucap Rizal.
Rizal sadar kalau Sinka sedikit bete, Rizal mengeluarkan earphone dan mulai memutar musik. Rizal memasang hanya earphone di telinga kirinya. Dengan perlahan, tangan Rizal membelai rambut Sinka yang menutupi telinga kanan Sinka, setelah terlihat telingan kanannya, Rizal langsung memasang earphone di telinga Sinka. Sinka langsung menoleh ke arah Rizal.
"Perjalanan masih dua jam lagi" ucap Rizal.
Rizal lalu mengetukkan pundak kirinya.
Sinka yang merasa mulai lelah akhirnya mengikuti petunjuk Rizal, Dia menyenderkan kepalanya ke bahu kiri Rizal.
"Ada yang kurang deh" ucap Rizal.
"Apa?" tanya Sinka.
Tangan kiri Rizal langsung memegang tangan kanan Sinka, mereka berpegangan tangan dengan ke dua jari tangan mereka saling melengkapi. Setelah nyaman dengan posisi itu, Sinka perlahan mulai memejamkan mata sambil mendengar musik sebelah dari earphone Rizal. Saat Sinka tertidur pulas, Rizal tetap terjaga, dia hanya minikmati kebersamaannya bersama Sinka yang jarang dia dapat, Rizal menyenderkan kepalanya ke kepala Sinka hingga kepala mereka menempel.
Tiga jam perjalanan berlalu, kereta mereka telah sampai di stasiun hall Bandung. Jam menunjukan pukul tujuh malam di jam tangan milik Rizal.
"Sin-sin bangun, udah sampe" ucap Rizal lembut.
Dengan perlahan Sinka membuka matanya.
"Hoam.." ucap Sinka sambil meregangkan otot-ototnya.
"Nyenyak tidurnya?" tanya Rizal.
"Nyenyak banget" jawab Sinka.
"Aduh, pundak aku pegel nih" ucap Rizal sambil menggerakan pundak kirinya.
Sinka tertawa kecil.
"Nanti perjalanan pulang dari Bandung, kamu boleh tidur di pundak aku" balas Sinka.
"Hehe, ya udah, sekarang kita keluar" ucap Rizal yang langsung menggunakan tas punggungnya.
Mereka berdua langsung ke luar dari kereta dan menuju depan stasiun, saat di dekat loket, mereka berdua dijemput oleh seorang cewek.
"Sinka..." sapa cewek itu keras.
"Mova.." balas Sinka yang langsung menghampirinya dengan setengah berlari.
Mereka berdua langsung berpelukan untuk melepas rindu. Rizal berjalan pelan menghampiri mereka.
"Oiya, ini kenalin Rizal" ucap Sinka.
"Rizal"
"Mova"
Mereka berdua berjabat tangan.
"Rizal ini adalah ......"
"Aku udah tau, Rizal ini pacar kamu" ucap Mova memotong ucapan Sinka.
"Eh?" balas Sinka yang langsung melirik Rizal.
Rizal hanya menatap Sinka lemas, tapi masih tergambar senyuman dari wajah Rizal saat menatap Sinka.
"Ya udah yuk, kayanya kalian capek, sekarang kita pulang" ajak Mova.
Sesampai di rumah neneknya Sinka.
"Omahh..." teriak Sinka senang dan langsung memeluknya erat saat bertemu di ruang keluarga.
"Omah, Sinka bawa pacarnya loh" ucap Mova.
"Ih Mova apaan sih" balas Sinka.
"Mana? omah mau liat pacar Sinka" ucap omah.
"Ih omah" balas Sinka malu.
"Permisi" ucap Rizal yang perlahan memasuki ruang keluarga.
"Iya silahkan, ih ganteng, namanya siapa ini?" tanya omah.
"Rizal omah" jawab Rizal.
"Rizal, ya udah, bulan depan kalian langsung tunangan" ucap omah.
"Haaa?" balas Rizal dan Sinka kaget.
"Ah omah ngaco, kita masih SMA, nanti aja kalo kita udah kuliah" ucap Sinka.
"Hem, ternyata Sinka mau toh tunangan sama gue, ya udah, gue tunggu nanti pas kita kuliah" kata Rizal dalam hati.
"Iya-iya, Mova, anter Rizal ke kamar tamu, kayanya Rizal capek" ucap omah.
"Iya omah, Sinka, kamu tidur di kamar aku, bawa aja tas kamu ke kamar aku" balas Mova.
Mova lalu mengantar Rizal ke kamar tamu.
"Ini kamarnya" ucap Mova yang membuka pintu kamar.
"Iya makasih" balas Rizal yang memasuki kamar itu.
Mova kemudian meninggalkan Rizal, dan Rizal menutup pintu kamar lalu mengeluarkan laptop yang dia bawa dan di taruh di atas meja belajar kamar.
"Udah ganti baju" ucap Mova yang melihat Sinka ke ruang keluarga.
"Makan gih, ajak sekalian pacar kamu makan malem bareng" ucap omah.
"Iya omah, lagian Sinka juga laper" balas Sinka.
Sinka kemudian menjemput Rizal di kamar tamu.
"Rizal.." sapa Sinka.
"Eh iya, masuk aja" balas Rizal.
Sinka lalu membuka pintu kamar.
"Zal, kita makan malem yuk, diajak omah tuh" ucap Sinka.
"Iya-iya" balas Rizal yang menghampiri Sinka.
Mereka berdua kemudian menuju ruang makan. Disana mereka berdua sudah di tunggu oleh, omah, Mova, dan kedua orang tua Mova. mereka mulai makan, setelah selesai, Rizal kembali ke kamarnya, saat sampai di kamar, Rizal langsung tengkurap di kasur dan tertidur pulas, Sinka yang ingin melihat keadaan Rizal, dia masuk ke kamar tamu.
"Yah udah tidur" ucap Sinka yang berdiri di dapan pintu.
"Tapi, makasih ya kamu udah ada untuk aku" ucap Sinka pelan.
dengan perlahan Sinka keluar kamar dan menutup pintu kamar dengan sangat pelan.
Keesokan harinya saat jam siang.
"Siapa mov?" tanya Sinka yang mendengar tamu dari ruang keluarga.
"Lu masih inget Adhyt ga?" tanya Mova.
Sinka melirik Rizal yang asik main HP.
"Engga, lupa" jawab Sinka.
"Itu yang SMP nembak lu pas kelulusan" ucap Mova.
Seketika Sinka teringat kembali.
"Oh iya, aku inget" balas Sinka.
Rizal langsung menatap Sinka cemburu.
"Sinka.." sapa seorang cowok yang memasuki ruang keluarga.
Sinka dan Rizal menatap cowok itu.
"Sinka kan?" tanyanya.
"Iya, kamu Adhyt kan?" tanya Sinka balik.
Cowok itu hanya mengangguk.
Sinka berdiri dan langsung menghampiri Adhyt.
"Ih gila tiga tahun ga ketemu, kamu makin cantik aja" ucap Adhyt yang ingin memeluk Sinka.
Saat ingin dipeluk, Rizal berdeham dan membuat Adhyt mengurungkan niatnya.
"Siapa dia?" tanya Adhyt.
"Em ini" jawab Sinka.
"Gue Rizal, cowoknya Sinka" ucap Rizal.
"Oh cowoknya, gue Adhyt" balas Adhyt.
Terlihat wajah Adhyt yang sedikit patah hati.
"Oiya, ada apa ke sini?" tanya Sinka.
"Oh iya, nanti malem di SMP kita ada acara reoni angkatan kita" jawab Adhyt.
"Reoni?" tanya Sinka kaget.
"Iya, datengnya, jam 8 malem di sekolah SMP kita" jawab Adhyt.
Sinka menggaruk kepalanya walaupun sebenarnnya tidak gatal.
"Ya udah kalo gitu aku pamit dulu" ucap Adhyt yang pergi meninggalkan ruang tamu dengan diantar oleh Mova.
"Aku lebih suka cewek yang pake dress warna hitam" bisik Rizal yang pergi ke kamar tamu.
Sinka menatap heran Rizal.
"Gimana? dateng?" tanya Mova.
"Ga tau, tapi Rizal bilang kalo dia suka cewek pake dress hitam" jawab Sinka.
"Nah, kode itu, ya udah lu dateng sama dia, gue ada kok dress hitam" ucap Mova.
Waktu beranjak sore dan malam, saat jam tujuh malam, Rizal sudah menunggu di ruang keluarga, tidah lama, Sinka keluar bersama Mova. Sinka dan Mova sama-sama cantik, Sinka yang manggunkan dress hitam, sedangkan Mova menggunakan dress putih, tapi fokus Rizal mengarah ke Sinka.
"Gila ni cewek, bego aja Farel nyelingkuhin dia" kata Rizal dalam hati.
"Hei, hei" sapa Mova yang menyadarkan Rizal.
"Eh, maaf-maaf" balas Rizal.
"Berangkat sekarang?" tanya Rizal.
"Yuk" jawab Mova dan Sinka.
Mereka bertiga berpamitan dengan omah, setelah pamit mereka bertiga pergi dengan mobil milik ayah Mova dengan Rizal yang mengemudikannya. Sesampainya di sana, acara segera dimulai. Sinka dan Mova melepas rindu dengan teman SMPnya dahulu, sesekali Rizal diperkenalkan ke teman-temannya.
"Oke, acara selanjutnya adalah berdansa" ucap MC.
"Haa dansa?" tanya Sinka.
Rizal hanya berdiri di pinggir lapangan sambil menikmati hidangan pesta.
"Zal" sapa Mova.
"Hem?" tanya Rizal.
"Kelapangan gih, ini acara dansa, cepet, Sinka udah nunggu lu" jawab Mova.
Rizal melihat ke arah lapangan, di sana berdiri wanita yang sangat cantik menggunkan dress hitam, Rizal meletakan gelas di meja dan perlahan mendekati Sinka.
"Hei.." sapa Rizal.
"Eh Rizal" balas Sinka.
"Mau dansa?" tanya Rizal.
"Tapi aku ga bisa" jawab Sinka.
Rizal tersenyum sambil mengulurkan tangan kanannya, dengan sedikit ragu Sinka memegang tangan Rizal. tangan kiri Rizal memegang tangan kanan Sinka, dia meletakan tangan kanan Sinka di pundak kirinya, dan tangan kiri Rizal memegang pinggang kanan Sinka, sedangkan tangan kanan Rizal berpegangan dengan tangan kiri Sinka. dengan perlahan Rizal melangkah maju, begitu juga Sinka, dia perlahan mundur.
"Ih bisa" ucap Sinka kaget.
"Iya, aku akan selalu membuatmu bisa untuk berdansa" balas Rizal.
Rizal menatap Sinka dalam, saat Rizal melangkah maju, Sinka salah gerakan, dia pun melangkah maju dan membuatnya hampir jatuh, untung kedua tangan Rizal memegang pinggang Sinka hingga dia bisa berdiri kembali, kini kedua tangan Sinka memegang pundak Rizal, dan kedua tangan Rizal memegang pinggang Sinka. Mereka berdua saling bertatapan dibawah sinar bulan, dengan perlahan Rizal memajukan wajahnya mendekati wajah Sinka, Sinka sudah tidak perduli dengan apa yang ada di sekelilingnya, dia benar-benar sudah jatuh cinta dengan Rizal, dia terus menatap Rizal yang wajah Rizal mendekati wajahnya.
Saat wajah mereka berdekatan beberapa centi(cm) Rizal pun langsung ....................
*To Be Continued*
ConversionConversion EmoticonEmoticon